FAKTACIREBON.ID – Generasi muda Indonesia berada di garda depan perubahan politik. Dengan akses digital yang meluas, mereka memiliki peluang besar sebagai agen perubahan.
Namun, tantangan seperti apatisme politik dan disinformasi dapat menjadi ancaman serius bagi stabilitas bangsa.
Generasi muda Indonesia tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital. Mereka tidak hanya menjadi pengguna aktif media sosial tetapi juga pemanfaatnya dalam menggerakkan perubahan sosial dan politik.
Berbagai gerakan sosial di Indonesia belakangan ini menjadi bukti bahwa mereka mampu memperjuangkan transparansi, akuntabilitas, dan demokrasi yang lebih partisipatif.
Menurut Dedi Kusnandar, seorang pengamat politik di Cirebon, generasi muda memiliki keberanian dan keterbukaan terhadap ide-ide baru.
“Namun, kami juga melihat kecenderungan apatisme di kalangan mereka, yang menyebabkan rendahnya partisipasi politik. Ini menghambat representasi kepentingan mereka di dalam pengambilan keputusan,” ujarnya.
Apatisme politik bukan satu-satunya ancaman. Minimnya literasi politik membuat generasi muda rentan terhadap manipulasi propaganda dan disinformasi yang menyebar cepat di media sosial.
Polarisasi politik yang tajam memperburuk situasi, memicu perpecahan yang dapat menghambat upaya membangun konsensus nasional.
“Media sosial memang alat yang kuat, tetapi tanpa literasi, mereka bisa menjadi korban hoaks,” tambah Dedi. Kurangnya pengalaman dalam politik praktis juga menjadikan generasi muda mudah dipengaruhi oleh pragmatisme politik atau bahkan politik uang.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, pendidikan politik menjadi kunci utama. Generasi muda membutuhkan pemahaman mendalam tentang sistem politik, demokrasi, dan hak-hak mereka sebagai warga negara.
Program literasi media untuk melawan hoaks juga harus digalakkan.
“Edukasi ini tidak hanya soal politik, tetapi juga tentang bagaimana menganalisis informasi secara kritis,” jelas Dedi.
Selain itu, pemerintah dan organisasi masyarakat sipil perlu memberikan ruang lebih besar bagi partisipasi aktif generasi muda dalam politik.
Langkah strategis lain adalah memperkuat regulasi terhadap penyebaran informasi palsu. Kolaborasi antara pemerintah, media, dan masyarakat penting untuk menciptakan ekosistem informasi yang sehat.
Generasi muda Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk menjadi katalis perubahan politik. Namun, tanpa pendidikan yang tepat dan kebijakan yang mendukung, mereka berisiko terjebak dalam polarisasi dan apatisme.
“Generasi muda adalah harapan bangsa. Mereka perlu didukung dengan lingkungan politik yang inklusif, transparan, dan responsif terhadap aspirasi mereka,” ujar Dedi.
Dengan strategi kolaboratif, masa depan politik Indonesia yang lebih demokratis dan sejahtera dapat tercapai.
Sumber : Kompas